- Back to Home »
- How To : Solo Back Packing ke Baduy Dalam Part 1#
Posted by :
Unknown
Minggu, 19 November 2017
Tekadku sudah bulat sejak awal. Dengan ataupun tanpa
partner, aku akan berangkat ke Baduy, kalau bisa sampai Baduy Dalam. Aku
sudah mengantongi nama Sapri Armani dari seorang sahabat lama yang
cukup sering berkunjung ke Baduy Dalam. Tiga hari libur sudah cukup
untuk kabur dari Jakarta. Aku ingin sendiri, bertemu orang-orang baru,
dan memandang bintang di langit bersih kala malam menjelang. Hanya itu
saja, tidak lebih.
Sumber: Wisata Halimun. Ilustrasi orang suku Baduy Dalam
Sumber: Wisata Halimun. Ilustrasi orang suku Baduy Dalam
Dari stasiun kereta api Palmerah, aku memulai perjalanan ke
Rangkas Bitung. Tiketnya hanya lima ribu rupiah. Berangkat pukul
sepuluh pagi dan tiba kurang lebih jam setengah satu siang nanti di
Stasiun Rangkas.
Kawanku undur diri dari perjalanan ini. Aku tak terkejut akan hal itu. Banyak yang berkeinginan untuk
berkelana, tapi sedikit saja yang berhasil mewujudkannya. Lagipula aku
selalu menyukai solo traveling, karena lebih fleksibel dan dirimu hanya
akan bertanggung jawab atas diri sendiri selama perjalanan.
Semakin kereta melaju meninggalkan Jakarta, semakin
bergemuruh jiwa petualanganku. Apalagi KA lokal menuju Rangkas Bitung
ini mengingatkan pada kereta ekonomi zaman "bar-bar". Semua bisa naik,
tapi tak semuanya bisa duduk. Hanya saja pedagang asongannya tak seperti
dulu lagi. Mereka tak menggendong lagi asongannya kedalaman kereta.
Para pengais rezeki itu menawarkan minuman, tahu, salak, lontong, dan
jeruk dari balik tas ransel dan kantung plastik.
Tiba di Rangkas Bitung, pejalan akan disambut terminal dan
pasar di luar stasiun. Aku lapar dan menemukan warung nasi di ujung
terminal. Ah, aku lupa nama warungnya, namun ramai, masakanya enak,
harga terjangkau dan kasirnya cantik berhijab, memancarkan kecantikan khas wanita Sunda. Bisa
jadi ia adalah si pemilik warung itu sendiri atau anak gadis pemilik warung, yang
pasti aku menikmatinya.
Dari pintu keluar stasiun, seharusnya aku mencari angkutan
kota ke terminal Aweh. Suzuki Cerry merah bernomor tujuh yang tak
kunjung hadir. Takut kesorean akhirnya aku memutuskan naik ojek ke
Terminal Aweh. Celakanya, ternyata aku salah mengambil tempat nongkrong.
Angkot nomor nomor tujuh ternyata ada di ujung pasar. Kalau keluar dari
stasiun, aku hany butuh berjalan terus melipir ke arah utara sampai bertemu perempatan. Di situ "si
nomor" tujuh nongkrong bergerombol menanti penumpang.
Sialnya aku sudah duduk di jok ojek dengan harga yang
ditawarkan tiga kali lipat harga angkot yang sebenarnya hanya lima ribu
rupiah saja. Cukup menyebalkan, karena orang lokal yang dimintai
keterangan tidak membantu sama sekali. Bahkan terlalu banyak orang
Rangkas yang tidak pernah ke Baduy sehingga tidak paham akses menuju ke
sana selain menyewa Elf untuk rombongan. Melihatku berani-beraninya sendirian tanpa teman menuju ke Baduy Dalam pun membuat mereka cukup resah.
Ojek membisikkan padaku untuk terus saja mengantarkan
sampai Ciboleger. No! kali ini cukup sekali saja aku miss. Terminal Aweh,
titik! Tanpa kompromi. Dapat elf ke Ciboleger sore ini atau tidak, aku
masih bisa tidur di emperan. "Nawaitu" sudah bulat untuk solo backpacking. No
tipu-tipu anymore!
Dari terminal Aweh, ada saja ojek lain yang menawarkan jasa
untuk mengantar ke Ciboleger dengan harga berkali-kali lipat. Ditambah
hasutan yang mengatakan bahwa elf ke Ciboleger sudah habis mengantar
rombongan sejak pagi. Aku tidak peduli! dengan sopan aku beralasan, jika aku tidak kuat
kalau harus naik motor dua tiga jam. Kali ini aku menguji
kesabaran dan keberuntunganku sendiri. Demi Rp. 25,000 ongkos ke
Ciboleger menggunakan elf, berbanding ratusan ribu yang ditawarkan tukang
ojek setengah memaksa. Akhirnya tumpangan yang ditunggu tiba juga.
Ongkos bayar dimuka persis 25,000 perak, tidak kurang, tidak lebih.
Notes :
- Jakarta (Stasiun KA Palmerah) - Stasiun KA Rangkas Bitung : Rp. 5,000
- Ojek St. Rangkas Bitung - Terminal Aweh Rp. 15,000 (Angkot No. 7 hanya Rp. 5,000)
- Elf dari Terminal Aweh - Ciboleger Rp. 25,000
10 Comments
tekat nya bulat yah. tapi memang lebih enak solo traveling. kalo banyak temen yang ada saling tunggu dan membuat waktu banyak yang terbuang
BalasHapusTekad memang harus bulat, demi mencapai tujuan. Penasaran sama cerita selanjutnya Mas Dani! :)
BalasHapushttp://papanpelangi.co/2015/10/23/di-balik-kesulitan-ada-kemudahan/
cerita selanjutnya mananih..dan gambarnya dikasih mas biar kece :)
BalasHapussiappp... segera mas
Hapuskeren banget tekatnya. jalan sendiri lebih seru. ngomong2 mana cerita lanjutannya?
BalasHapussiap bakalan ada cerita selanjutnya e he he he
HapusPengalaman yg sangat menarik !!
BalasHapusTerima kasih he he he,,, pengalaman Anda juga pastinya menarik untuk diceritakan
HapusCakep👍 good luck for solo backpack 😘😘
BalasHapusMembantu perjalanan anda menuju baduy,
BalasHapushttps://baduytraveler.blogspot.com