Widgets

Posted by : Unknown Sabtu, 30 November 2013



Hal pertama yang mungikin terfikirkan oleh pelancong ketika mengunjungi pulau Lombok. Adalah Pantai, pantai, dan pantai. Hal tersebut membuat hampir seluruh bibir pantai terkenal di Lombok. Ramai dikunjungi pengunjung. Sepertinya sudah tidak ada privasi, pantai sepi, dan alam yang menggoda lagi di pantai-pantai Lombok. Manusia berjubelan dengan bikini dan swim suite. Gili trawangan sudah seperti negeri lain saja. Karena lebih banyak orang asing daripada domestik. Lari ke gunung Rinjanipun demikian.

Apakah memang pulau seluas 5.435 m2 ini. Sudah tak lagi menyisakan ceruk-ceruk keindahan alam yang belum terjamah dan masih perawan? Apakah sudah tak ada lagi denyut petualangan yang bisa kita rasakan? Mencari surga tersembunyi yang jarang orang tahu?

Saya dan gerombolan saya. Suatu kali mencoba menyusuri panjangnya jalanan mulus bak jalan tol sepi di daerah selatan Lombok. Karena mendengar, bahwa ada sebuah pantai tersembunyi yang eksotis di sana.

Semeti nama pantai di sebelah tenggara pulau Lombok ini. Memang cukup sulit untuk ditemukan. Tersembunyi di balik jejeran perbukitan menghijau daerah Selong Belanak yang eksotis. Membutuhkan waktu tempuh 2 jam perjalanan dari Senggigi untuk membuktikan keindahannya yang elok tersebut.
Berangkat dari Senggigi, rombongan tim campuran ini pun mengunjungi Praya. Sebelum akhirnya berbelok ke selatan ke desa Penujak.

Kami mengambil jalur lama, jalur jalan raya Praya-Sengkol sebelum by pas BIL dibangun. Jalur tersebut sudah jarang dilewati  oleh wisatawan atau kendaraan umum dengan sepeda motor kami. Padahal ini adalah jalur utama menuju Kuta, di era kolonial sampai berakhir masa jayanya di tahun 2012.

Tepat di pertigaan jembatan penujak. Kami pun mengambil arah ke kiri menuju kawasan Selong Belanak. Menyusuri jalan-jalan berbukit kars yang panas namun menghijau luas kala musim hujan, dan kuning kecoklatan bagai savanna afrika di saat kemarau.

Perjalanan paling atraktif adalah, ketika pelancong memuncaki sebuah jalan tanjakan sebelum Selong Belanak di sisi Bukit. Dari sinilah terlihat garis pantai dan pantai-pantai tersembunyi yang menyebar di daerah tenggara pulau Lombok. Sepi, ekslusif, menantang, dan selalu memanggil hati para pengelana untuk menjamahnya. Seperti masih malu-malu untuk ditemukan pengunjung.
view dari puncak bukit. Pemandangan aslinya, jauh lebih indah dari foto

Rombongan Wisman pun banyak yang menjelajah jalanan, dengan menggunakan sepeda motor sewaan. Mereka khusus datang untuk menemukan spot-spot surfing terbaik di daerah ini. Papan surfing besar, bertengger di samping sepeda motor, ditahan bei penyangga khusus yang ditempel di bodi motor.
Hawa panas siang itu kami terjang. Bahkan penduduk metropolitan yang jarang melihat pemandangan seperti itu pun berseru kegirangan menemukan pemandangan indah di kelokan-kelokan jalanan sepanjang perburuan pantai eksotis.

Walau sempat beberapa kali tersesat dan bertanya arah pada penduduk asli. Kami akhirnya menemukannya. Pantai Semeti yang sepi. Tepat berada pada ceruk himpitan dua perbukitan karang. Indah menawan dengan batu-batuan eksotis berwarna hitam. Mungkin Granit.

Selain menikmati debur ombak yang cukup menggoda. Serta lembutnya pasir putih yang bersih. Kami pun melakukan Light Tracking di perbukitan sekitar yang menghijau. Meresapi angin laut yang sepoi-sepoi. Panjangnya garis pantai yang diberi jeda oleh perbukitan rendah sungguh menawan. Inilah harta karun tersembunyi di pulau Lombok yang selama ini kami cari-cari.



http://caderabdul.wordpress.com/
Foto Source : http://caderabdul.wordpress.com/ 
Tak puas dengan pantai. Teman-teman pun mengajak berkunjung ke desa Sade, Kecamatan Pujut Lombok Tengah. Satu Jam perjalanan dari Selong Belanak. Menyusuri jalan menuju arah ke selatan lalu berputar ke utara setelah menemukan Pantai Kuta Lombok.

Desa Sade, memang sudah kondang sebagai warisan budaya asli etnis Lombok di daerah Selatan Lombok Tengah. Berkat rumah-rumah tradisional suku sasak beratapkan jerami dan beralaskan tanah. Sade adalah keeksotisan lain yang ditawarkan Lombok kepada para pemburu keindahan.

Tidak sulit untuk menemukan desa ini. Tidak butuh tracking yang lama, karena ia tidak tersembuyi di balik pegunungan yang tinggi. Letaknya persis di pinggir jalan raya menuju Kuta. Oleh sebab itu, banyak pengunjung yang singgah sebelum bertualang ke Kuta, atau sepulang mereka dari Kuta.

Ada banyak guide lokal yang nongkrong di tempat parkir. Menunggu pengunjung yang ingin diantarkan berkeliling sembari mendengarkan kisah eksotis. Pria-pria bersarung khas pulau Lombok ini tersenyum menawarkan keramahan kepada calon pengguna jasa-jasa mereka.

Mengelilingi desa sade tidak perlu menghabiskan waktu yang lama. Cukup setengah jam saja. maka habislah sudah perjalanan menelusuri desa budaya tersebut. Ada banyak cerita yang bisa dibawa pulang di tempat ini. Tentu saja yang paling menarik adalah cerita tentang kebiasaan mereka yang membersihkan lantai dengan (maaf) tahi kerbau. Di sini Saya juga masih bisa menemukan benda dan alat tradisional mereka yang hingga saat ini, masih mereka simpan dan gunakan untuk melaut dan menggarap sawah.

Teman saya pun tak lupa membawa pulang kain tenun songket dengan harga yang cukup murah. Berkat kegigihannya dalam melakukan penawaran yang sangat keras, untuk dua buah songket. Total harga yang dikeluarkan untuk mendapatkan kedua kain eksotis tersebut. hanya Rp. 135.000.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

berlangganan

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © ESCAPE - Metrominimalist - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -