- Back to Home »
- urbanescapology »
- Dibawa Masuk Ke Dalam Suasana Eropa
Posted by :
Unknown
Senin, 08 Juli 2013
Berjalan di kawasan Kayoe Tangen di daerah Malang
seperti Membawaku menuju masa-masa kolonial dahulu. Berbagai macam bangunan
peninggalan Belanda yang bertebaran di kawasan ini. Kini timbul tenggelam,
dihimpit oleh ruko-ruko baru yang mulai mewarnai Kota Malang. Namun ada warna
lain, selain warna ruko dan kolonial di daerah ini. Terselip di Jalan Basuki
Rahmat No. 56 A.
Aku saat itu berdiri di seberang jalan. Menatap
sebuah bangunan tegak berdiri setinggi tiga lantai. Jika disamakan dengan
manusia. Ia persis dengan gambaran manusia kurus berkulit coklat
kehitam-hitaman. Penampilannya dari luar biasa-biasa saja. Cenderung tidak
menarik, dan kemungkinan besar terlewatkan oleh mata yang kurang awas.
Ketika langkahku mulai menjejak masuk. Aku langsung
terlempar ke dalam suasana negeri antah berantah yang begitu dekat dalam
imajinasiku. Entah dimana aku pernah membayangkan cafe-cafe seperti ini banyak
berdiri.
Lantai pertama yang sekaligus pusat segala aktifitas
pegawai dan barista. Berukuran tak lebih dari
3x5 meter. Bentuknya memanjang dan berujung pada tangga naik ke lantai
berikutnya.
Sejak awal, design cafe ini memang memiliki tema dan
nuansanya tersendiri. Aku tidak ingin terburu-buru bertanya kepada pemilik atau
pegawai cafe. Aku ingin membiarkan diriku menebak-nebak. Tema apa yang
ditawarkan cafe ini.
Tepat di sebelah kiri pintu masuk. Di depan jendela
kaca besar yang menghadap langsung ke jalan raya. Ada sofa panjang dengan
posisi rendah. Lalu dinding bata yang tersingkap pun dibiarkan begitu saja,
seolah membawa pengunjung ke dalam suasana pedesaan. Sinar lampu neon
kekuningan yang lembut. Menambahkan nuansa hangat dan soft dalam ruangan tersebut.
Matakupun gesit, menangkap pernak-pernik yang
bermain di sudut-sudut ruangan. Ada organ akustik tua di sebelah sofa panjang
tadi. Bir-Bir Lokal, maupun bermerk asing. Seperti Bali Hai, El Diablo, San
Miguel, dan lain lain pun berjejer rapi di atas rak-rak yang menempel di
dinding. Lalu sebuah Televisi Flash pun tergantung di tiang beton. Terletak
persis di bawah akses keluar masuk bar. Sepertinya sangat asyik menonton
tayangan olahraga di tempat ini. Bersama kawan menikmati kopi.
Pemilik ataupun disigner tempat ini benar-benar tahu
cara menempatkan barang-barang tersebut. Agar memberi makna dalam tema cafe
yang diusungnya. Aku yang terperangkap oleh suasana cafe itu pun menebak. Cafe
tersebut telah terpengaruh oleh gaya Country Side ala Eropa. Mungkin Prancis.
Mas Doni pemilik cafe Houten Hand ini. Membenarkan
tebakkanku. “Ini gaya Irish” kata mas Doni yang menjawab pertanyaanku sambil
lalu.
Mas Doni adalah pengusaha muda yang konsen di bisnis
kuliner. Pengalamannya menjelajahi penjuru dunia, saat ia menjadi awak kapal
pesiar. Sedikit banyak telah mempengaruhi gayanya dalam berbisnis, khususnya
cafe.
Walau tempatnya kecil dan tidak luas. Nuansa dan
suguhan yang ditawarkan Houten Hand memang dibuat layaknya bar Eropa Barat.
Walau siapapun sebenarnya bisa berkunjung dan menikmati pernak-pernik ala Irish
di cafe ini.
Ada beberapa menu andalan di cafe ini yang jarang
ditemukan di coffe shop lain di daerah Malang. Anda yang tidak segan menenggak
bir. Bisa mencicipi bir-bir khas eropa di samping bir merek lokal yang
ditawarkan.
Saya pun berkesempatan menikmati Irish yang hangat
di malam hari. Cukup membuat tubuh serasa diselimuti ketika dingin menerjang.
Menu Makanannya pun sedikit berbau fusion. Terinspirasi dari menu zaman
kolonial Noni dan Meneer Belanda yang kerap kali disebut Bistik.
Bagi anda yang tidak biasa dengan minuman
beralkohol. Rupa-rupa kopi dan coklat hand made pun tersedia di tempat ini.