- Back to Home »
- adventure , interresting point , others , story »
- Emangnya Lu Siapa Gua
Posted by :
Unknown
Jumat, 17 Januari 2014
Perjalanan
menuju puncak gunung. Seringkali menciptakan peluang bagiku, untuk memunguti
pengalaman serta kejadian-kejadian yang mungkin hanya sekali seumur hidup, bisa
aku temui.
Jalur Putri |
Gunung
memang tempat yang pas untuk melihat isi hati manusia sesungguhnya. Medan
berat, jalan menanjak, kala manusia dibekap kekuatan alam. Sukses menguak rahasia-rahasia
jati diri kita yang sesungguhnya. Hingga banyak yang mengatakan, jika ingin
mengetahui sifat asli seseorang. Bawalah mereka mendaki gunung (alam liar).
Kini
aku perkenalkan kepadamu kawan. Mereka adalah salah satu bab dalam cerita
petualanganku, Zaka dan Zaki. Dua orang manusia berstatus kakak beradik ini. Hanya
berselisih umur yang tak lebih lama dari 5 menit. Tapi perjalanan menuju puncak
Gede dan Pangrango seperti jadi saksi. Bagaimana drama-drama perdebatan sengit
mereka terjadi sepanjang jalan. Bahkan sering kali mereka ribut hanya karena
sesuatu hal yang remeh.
Perjalanan
menuju puncak Gede. Zaka dan Zaki masih “cukup” akur. Belum terjadi hal-hal
yang terlalu mengganggu di dalam perjalanan itu. Tapi aku tidak tahu, bahwa
perjalanan ke puncak Gede itu masih berupa percikan-percikan penyulut saja.
Memang, awalnya Zaki yang lebih tua lima menit. Seringkali kesal dengan Zaka
yang “mungkin” dianggapnya, si “adik kecil” yang masih manja. Zaka sendiri aku
amati. Sepertinya tidak terima perlakuan saudara kembarnya yang ia panggil
dengan sebutan abang itu. Tentu saja cekcok sedikit demi sedikit mulai terjadi.
Berawal di Surya kencana, namun berdamai dengan sendirinya di puncak Gede.
Ishoma Di surya Kencana |
Lain
halnya ketika kami baru saja turun dari puncak Pangrango dan Mandalawangi. Duo
kembar tak pernah akur ini kembali berulah. Didorong oleh lapar yang mengaduk
perut. Perdebatan mereka berlangsung kembali di dalam tenda, di basecamp Kandang Badak.
Sembari
menunggu nasi matang. Obrolan biasa tentang pandangan masing-masing terhadap
tema “pacaran”. Kini telah beranjak
menjadi arena panas berbumbu permusuhan. Seiring begitu bersebrangannya konsep
masing-masing tentang pandangan hidup dan proses-proses dalam menjalani kehidupan.
Sudah
sering aku melihat pertengkaran mulut berubah kekacauan dan jual beli pukulan
di dunia ini. Lalu aku berfikir, seandainya saja itu terjadi di antara mereka.
Lalu siapa yang sanggup menghentikan perkelahian dua calon pendekar silat pemegang
sabuk biru dari Cianjur itu?
“Sudahlah
kawan. Jangan berdebat terus. Mau ngomong terus atau mau makan nih?” kataku
melerai dengan iming-iming makanan. Namun tak digubrisnya ajakan baikku
tersebut. Atau bahkan mungkin suaraku tak terdengar sampai ke dalam tenda.
“Nah
ini kan pilihan hidup gua. Gua yang nentuin diri gua mau ngapain.” kata entah
Zaki, atau Zaka di dalam tenda. Masih melanjutkan obrolannya.
“Ya
udah.” sungut salah satunya lagi.
“Lah!
terus kenapa lo nyolot?”
“Idih!
siapa yang nyolot. Gua kan cuma nyampaein pendapat gua.” pada titik ini aku
sudah mulai merasa akan terjadi pertengkaran hebat setelah kalimat tersebut
dilontarkan.
Diapit Duo Kembar |
Aku
tidak tahu pasti bagaimana kondisi mereka di dalam tenda. Imajinasiku tentang
dua orang yang sedang perang mulut. Mata mereka saling tatap tak mau kalah. Hati
mereka dijajah oleh ego dan emosi.
“Ya
udah atur sendiri idup lu! Jangan urusin, urusan orang lain. Emang lu siapa
gua!”
“Gua
kembaran lo!”
“Buahahahahaha”
kamipun terpingkal-pingkal mendengar dialog terakhir, yang dilontarkan dengan
nada tinggi itu. Dasar kembar!
[Klik]Bonus!
2 Comments
Hahahaha, asyeeek, untung kita tetep jadi muncak ke pangrango yaaa, meski molor :D
BalasHapusDebat yang sama juga diutarakan mereka bersama teman2 pendakian saat ke Semeru kemarin, tentang agama! :D
But, salut deh, karena mereka berdua sesungguhnya tak akan mudah terpisah jauh dan lama :)
diceritain aja lagi pas pengalaman di Semeru bro, , , seru juga kayaknya itu he he he
Hapus